Rabu, 23 Januari 2008

Tardjo sakit tapi sudah ngantor lagi



Tanggal 21 Januari 08, sore saya ke Solo, karena besoknya ada acara kantor, new product training saya datang sebagai pendengar. Nah karena ke Solo, maka saya bermaksud mengunjungi Pak Tardjo, karena kabar burung dia masuk rumah sakit, dan kalau Tardjo sampai masuk rumah sakit itu pasti gawat. Karena sudah tarik-tarik kaki saja dia tidak mau masuk rumah sakit “Tidur di rumah sakit sakit membuat capek, padahal hanya disuruh tiduran. Memang ada minum obat, tapi mestinya bisa dilakukan di rumah” jawabnya.

Setelah janjian lalu sampar Lam, dan minta Pak Widiyanto untuk ikut. Kami bertiga lalu ke rumah Tardjo. Dari rumah pak Wid, kami hubungi Tardjo, dia ada dan bisa bertemu. Kedatangan kami memang ditunggu, dan nampaknya senang sekali. Di rumah hanya mereka berdua, suami isteri. “Mas Tardjo sedang ngemong cucunya, sekonyong-konyong cucunya bilang, elang-elang kok omong gitu, pelo dan tidak jelas. Mas Tardjo baru sadar, dia sedang keserang stroke. Dr Tedjo dokter keluarga dihubungi. Dengan lidah masih pelo, mas Tardjo memberitahukan kondisinya. Singkatnya langsung ke dokter dan di beri suntikan. Mas Tardjo sudah tidak bisa bicara, hanya aooo aooo ucapan tidak jelas”

Repotnya pula, dalam keadaan kritis, tidak ada tempat untuk rawat nginap. Semua rumah sakit penuh, akhirnya dapatnya di rumah sakit bersalin Brayat Mimulya. Di sana ia mendapat infus, tapi karena mengiapnya bersama beberapa pasien lainnya, ia tidak bisa tidur malah tekanan darahnya naik lagi. “Waktu lidah saya pelo, tekanan darahnya 260/120. Tadinya saya rasa biasa-biasa saja. Saya ingat- ingat kembali, apa yah yang menyebabkan tekanan darah saya naik? Apakah karena beberapa jam sebelumnya saya makan bubur korea. Memang saya makan banyak, dan memang karena enak. Apalagi saya buat sendiri. Setelah diurut- urut saya ingat, menurut buku makan sehat golongan darah, makanan yang tidak cocok bagi saya adalah daging ayam. Apakah karena itu? Tapi waktu bicara dengan dokter, dokter berkomentar, boleh saja diet makan menurut golongan darah, asakan kondisi kita sehat. Pak Tardjo khan sedang sakit.”
Tardjo bisa tertolong, karena pengobatan terjadi segera. Kalau terlambat mungkin pemulihannya menjadi lebih lambat. Kalau dalam sejam sudah bisa di masukan cairan Nikolin kedalam aliran darah, dapat dipastikan serangan stroke pada saraf avektif maupun motorik bisa diatasi.

Di mata saya, Tardjo itu orang kepala batu dan dalam soal pekerjaan dia gila kerja, workcholik. Di omongin mengerti tetapi tidak mampu melakukan. Ketika di datangi romo Cassut dan romo Agus, dia ternyata sudah masuk kerja.

Memang orang struke itu seperti main-main saja. Seperti kabel yang putus, setelah disambung yang nyala lagi. Tanggal 22 dia sudah masuk kerja, ketika pulang mengeluh kecapean. Tetapi tidak bisa diharapkan dia mau duduk dan istirahat di rumah, ”tidak bisa” katanya. Banyak tugas, kususnya menyangkut kerja sama dengan pemerintah. Pada hari dia kena stroke, ada pejabat dan konsultan dari Jakarta berencana mau rapat membahas sebuah proyek kerja sama dengan pihak pemda Surakarta. Ia ditelepon, katanya di tunggu dan ia jawab ”saya sedang di rumah sakit” akirnya rapat itu di batalkan dan baru akan kalau pak Tardjo sudah sembuh.

Wah demikian pentingnya. Lalu saya katakan, mbok di lepas. ”Tidak bisa saya diminta”jawabnya. ”Semua kembali/ tergantung kepada diri kita sendiri, kalau kita mau maka terjadi, tetapi kalau kita tidak mau maka tidak terjjadi. Akhirnya kembali kepada kita masing-masing”

Paginya saya bertemu Tardjo di ATMI, ”terima kasih saya sudah dikunjungi semalam” dia sudah aktif bekerja, seperti sebuah kabel putus dan sudah tersambung lagi, lalu mesinpun hidup. Namun, kita bukan mesin tetapi badan yang 80% air, bukan kabel yang mudah diplintir dan tersambung lagi, tetapi seutas daging lunak yang 80 % air.

Tidak ada komentar: