Kamis, 30 Agustus 2012

Provinsial Serikat Jesus, RM ROBERTUS BELLARMINUS RIYO MURSANTO, SJ


: ”Terus terang ATMI belajar banyak dari orang orang Swiss yang pernah bekerja dan memimpin di ATMI. Mereka memiliki tradisi  disiplin tepat waktu dan bekerja dengan tingkat presisi tinggi.  Hemat saya, soal waktu itu adalah suatu konvensi yang  melibatkan orang lain sebagai sebuah perjanjian. Maka kalau kita telat maka kita harus  membayarnya”  Apapun alasannya janji tetap  janji, siapapun harus mentaatinya. (Tulis Romo Riyo dalam biography Romo Casutt SJ.



Jesuit  belum memikirkan melebarkan pendidikan seperti  ATMI dan PIKA di luar Jawa. Seperti membangun  PIKA di Nabira (Irian Jaya) atau Kalimantan dan ATMI di Medan.  Serikat Jesuit sama sekali tidak berpikir kearah itu.  Justru disini Jesuit melihat  belum di pahaminya ide mendasar dari Jesuit.  Orang lain baru melihat apa yang Jesuit lakukan itu baik, tetapi mereka  mengharapkan yang melakukan  Jesuit juga. Padahal kita berharap kalau melihat apa yang dilakukan Jesuit  itu baik adanya, maka lakukan juga tanpa Jesuit di tempat lain. Di harapkan  kebaikan kebaikan seperti itu bisa  seperti penyakit menular.  Harus disadari pula bahwa panggilan menjadi seorang Jesuit setiap tahun semakin  sedikit. Tentunya  hal ini  mempengaruhi keterbatasan pada sumber daya Jesuit.  Sehingga diharapkan, yang sudah  melewati pintu  pendidikan Jesuit, ikut berpikir bagaimana bisa berguna bagi  orang lain, itulah yang di ucapkan oleh Pedro Arrupe SJ “Man and Women for Others”  (Romo Riyo dalam buku biographi Romo Casutt SJ) 



Sebagai pimpinan Serikat Jesus Indonesia, beliau merasa kehilangan. Sekarang tinggal dua orang asal Swiss yang berkarya di Indonesia. 

Tidak ada komentar: