Jumat, 06 Juni 2008

Terima Kasih dari Sdr Janri

Saya beberapa hari lalu menerima laporan via SMS dari mas Janri, ia menerima kiriman kasih berupa uang kontan: " Salam damai Kristus, laporan rekening: 12 Mei 250.000, 14 mei 500.000,14 mei 500.000, 16 Mei 200.000. (Mei 1.450.000) Kami tak putus putusnya bersyukur dan terima kasih kepada teman teman yang benar benar menjadi kepanjangan Allah yang Mahamurah. Termasuk Bp Martin yang mengantar Roh Kudus Nya. Kami baik baik saya. Berkat Dalem" Janri 08161815208.
Saya pikir bantuan ini sangat berarti bagi sdr Janri. Terima kasih untuk semua solidaritas bersama teman teman ATMI 1234.
Salam Martin Teiseran

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Pontianak, 4 Juli 2008

Kepada Yth;
ATMI Mikael Solo

Dengan hormat.
Pada kesempatan ini saya mau membagi duka yang saya dan keluarga pikul kepada pemilik blogspot ATMI Mikael Solo.

Sebelumnya saya perkenalkan:
Nama saya : Dominikus Uyub
Jenis kelamin : Laki-laki
TL : Pagung, 17 Juni 1975
Agama : Katolik
Status : Sudah menikah
Alamat : Jalan Parit Pangeran, Komplek Pangeran IV, Blok C No. 14
Pontianak Utara, Provinsi Kalimantan Barat.
Kode pos : 78241
Telp/HP : 08164992349

Nama istri : Maria Yanti,
Usia : 36 tahun.
Agama : Katolik

Kami menikah 29 Desember 2005.

Saya bekerja pada salah satu media lokal terbitan bulanan sebagai reporter. Penghasilan saya perbulan Rp 1 juta lebih.
Istri saya bekerja di lembaga pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Lembaga NGO. Penghasilannya sedikit besar dari saya yakni Rp 1,500.000 perbulan. (Sejak September 2007 istri sudah tidak bekerja lagi dan otomatis dia tidak lagi berhak mendapat apa-apa dari kantornya)

Pergumulan Keluarga.
Belum sempat sebulan kami menikah, tanggal 9 januari 2006, istri saya jatuh sakit. Karena sakitnya cukup serius, yakni demam panas tinggi dan kepalanya sakit serta bagian bawah perut dan pinggangnya juga sakit, maka dia saya bawa dan rawat inap di Rumah Sakit Santo Antonius Pontianak-Kalimantan Barat. Awalnya diagnosa dokter menyebutkan bahwa penyakit yang diderita istri saya adalah tipes dan malaria. Namun obat yang diberikan dokter tidak memulihkan penyakitnya. Setelah seminggu kemudian, dokter memfonis istri saya mengalami penyakit fungsi ginjal. Penanganan perawatanpun diarahkan serius untuk menyembuhkan penyakit fungsi ginjal akutnya.

Dirumah sakit itu dia dirawat selama 28 hari. Dia saya bawa keluar masih dalam keadan lemah. Badannya kurus dan rambutnya gugur, hingga kepalanya botak. Karena penyakitnya belum sembuh total, kami hanya berobat jalan. Biaya yang kami keluarkan setiap bulan kala itu untuk konsul ke dokter dan beli obat-obatan tidak kurang dari Rp 1 juta lebih. Untuk beli obat ini, kami masih sanggup. Karena gajih saya dan gajinya masih bisa menutupi biaya itu. Namun selama minum obat dari dokter, tidak tampak perubahan yang drastis. Malah dia tampak lemah.

Karena kondisi ini kami disarankan oleh doker untuk tidak punya keturunan. Memang dalam penderitaannya itu, istri saya sempat hamil 1,5 bulan. Mei tahun 2006 itu terpaksa dia haurs kuret, atas saran dokter.

Pergumulan ini dia jalani selama satu tahun lebih. Kebijakan tuhan memang tidak bisa di sangkal. Tepat tanggal 1 Agustus 2007, dia kembali masuk rumah sakit yang sama. Sebelumnya sekitar dua minggu sebelum masuk rumah sakit, dia pernah sesekali-kali sesak nafas tiba-tiba. Dan mendekati harinya masuk rumah sakit, dia berturut-turut sesak nafas. Karena sesak itu, dia terpaksa kami bawa ke rumah sakit Antonius. Oleh dokter di rumah sakit, istri saya difonis gagal ginjal kronis, dan harus menjalani cuci darah. Kala itu kami sekeluarga untuk sementara masih menolak saran cuci darah dengan harapan bisa mendapat mujisat dari Allah melalui berbagai cara. Bak petir disiang hari, perasaan saya ketika itu. Dunia serasa gelap gulita. Pikiran tidak menentu. Kadang aku menangis sambil berharap pada Tuhan Yesus agar dia memberikan petunjuk yang baik. Kupanjatkan doa pada Tuhan agar apapun yang terjadi pada istri saya, adalah keputusan yang terindah dariNya. Dukungan teman-teman dan keluarga mengalir. Baik dalam bentuk doa, nasihat dan uang. Aku lagi-lagi berterima kasih pada tuhan. Namun istriku tetap terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit. Sesekali-kali aku memandang wajahnya sambil menangis dalam hati, tanpa mengeluarkan air mata dihadapannya, agar dia tidak tahu bahwa aku juga sedang sangat sedih.

Setelah sebulan lebih terbaring lemas dan seluruh kujur tubuhnya sakit, malam ajalpun hampir tiba. Tanggal 9 Septermber malam itu, dia tiba-tiba siuman dan tidak sadarkan diri serta lemas yang sungguh luar biasa. Semua saudaranya dan keluarga ku menangis. Aku berusaha tetap tenang dan tegar. Dalam konisis itu aku terus memanggil namanya dan mohon pada tuhan agar Dia memberi nafas segar kembali pada istri ku. Kondisi itu terjadi sangat cepat. Tuhan punya kuasa. Sekitar 20 menit berlalu. Matanya tiba-tiba berkedip, menandakan masih ada harapan untuknya meninkmati karunia Allah. Aku bersyukur pada-Nya.

Karena konisi itu harus terjadi, maka setelah saya rembuk dengan kedua belah pihak keluarga, saya memutuskan agar istri saya malam itu juga menjalani cuci darah. Dengan nafas berat, istriku didorong oleh suster ke ruangan cusi darah. Aku selalu mendampinginya dengan sisa-sisa tenaga dan harapan. Sebab menurut orang, jika dia tidak kuat ketika di cuci daranya, maka pasien akan meninggal. Malam itu proses cuci darah berhasil dengan selamat. Sejak itulah sitriku merasakan jarum besar yang tertancap di paha dan tangannya.

Atas saran dan sumbangan dari keluarga besar, baik dari keluarga istri maupun keluarga saya serta sahabat-sahabat dan rekan kerja, kami dapat sedikit uang. Rejeki itu kami bawa ke Rumah Sakit Normah-Kucing, Sarawak Malaysia. Dengan harapan di Rumah Sakit Normah, itu dia masih bisa dibantu. Ternyata nasi sudah menjadi bubur. Dia harus tetap menjalani cuci darah. Karena itu dokter William Chau, dokter spesialis ginjal RS Normah, menyarankan agar istriku menjalani operasi cimono. Di Rumah Sakit Normah itu kami hanya 5 hari. Setelah operasi , kami kembali ke Pontianak-Kalimantan Barat. Kondisinya agak setabil karena dia secara kontinu cuci darah, yakni dalam satu minggu tiga kali. Mulai itulah sitriku terus rutin cuci darah dan tidak lagi bekerja dan otomatis penghasilan kami jadi berkurang lagi.

Dia hanya bisa terbaring lemas dalam rumah. Sekitar 1 bulan lebih dia cuci darah 3 kali dalam satu minggu, dia disarankan oleh dokter di Pontianak, untuk cuci darah dua kali dalam satu minggu. Selama cuci darah, kami menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari kelurahan yang diketahui oleh kecamatan dan membawa surat rujukan dari puskesmas.

Tepat hampir 9 bulan istri ku cuci darah yang dibiayai oleh pemerintah, muncul SK Menteri Kesehatan nomor 125/Menkes/SK/II/2008, tentang penetapan nama-nama orang yang mendapat Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Jaminan Kesehatan Masyakarat (Jamkesmas) berdasarkan usulan BPS kabupaten/kota. Maka sejak 1 Juli 2008 keputusan ini menggesarkan kekuatan SKTM, hingga kami harus cuci darah dengan biaya sendiri tepatnya mulai Sabtu 5 Juli 2008. Saya berusaha kemana-mana untuk mendapat keringanan dari pemerintah, tapi alhasil karena tidak mungkin Walikota Pontianak mengeluarkan SK dua kali untuk menentukan orang yang berhak mendapat Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Jamkesmas. Akhirnya kami harus dengan tegar menerima kenyataan ini.

Berangkat dari pergumulan keluarga ini, saya memberanikan diri membagi cerita ini pada sumua pihak, terkhusus pada yang terhormat ATMI Mikael Solo, dimana saya melihat ada semacam pengumuman terbuka bagi penderita penyakit cangker dan gagal ginjal agar memberikan nomor rekening.

Saya tidak tahu apa yang harus saya buat. Yang pasti saya sangat berharap besar istri saya masih bisa menikmati dunia ini sampai Tuhan membuat keputusan yang terindah baginya. Saat ini saya belum mencantumkan nomor rekening kami, karena kami juga belum punya rekening.

Atas kebaikan semua pihak, kami sekeluarga menghaturkan terima kasih. Tuhan akan membalas kebaikkan bagi orang-orang yang percaya padaNya.

Saya bisa dihubungi di email; uyub_kayaan@yahoo.com
atau alamat di atas.

Salam kasih
Dominikus Uyub

Medy Loekito mengatakan...

Yth. Saudara-saudaraku di ATMI Mikael Solo. Perkenalkan saya seorang penulis. Kawan saya (penulis juga) menderita gagal ginjal, sehingga harus cuci darah 3x seminggu. Kami berharap dan mohon, kiranya ada yang sudi meringankan beban kawan saya ini. Nama kawan saya adalah Arie MP Tamba. Domisili Jakarta. Terima-kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan.

Medy Loekito mengatakan...

Yth. Saudara-saudaraku di ATMI Mikael Solo.

Ijinkan saya menuliskan nomor bank account kawan saya:

Nama: Arie M Pariaman Tamba
Bank: BCA capem Bekasi
No.: 0660388958

Saya ucapkan terima-kasih yang sebesar-besarnya atas perhatian dan bantuan Saudara-saudara.