Saya melanjutkan cerita Romo T. Agus Sriyono, SJ yang dimuat di:
Komunikasi_KAS@yahoogroups.com; on behalf of; Br Yoanes FC [bruderanygy@gmail.com]
Teman-teman sekalian, meninggalnya Romo Casutt menjadi berita yang mengejutkan
bagi para warga Kolese Mikael pada umumnya, dan para alumni pada khususnya.
Berita meninggalnya beliau dimuat sejumlah mass media, antara lain Kompas,
Solopos. Ada beberapa pengalaman yang menarik dan sayang kalau dilewatkan.
1. Waktu meninggal. Dalam banyak hal, romo ini ingin mandiri dan tidak mau
mengganggu orang lain. Demikian juga dengan saat kematiannya. Romo Casutt
sepertinya sudah tahu "kapan saatnya tiba". Ternyata hari yang
dipilih adalah Jumat Kliwon, 24 Agustus 2012, jam 18:40. Kebetulan saja
berbarengan dengan lebaran usai dan pemudik memulai arus balik kembali ke
tempat kerjanya. Bagi warga kolese Mikael, secara akademik hari itu adalah
libur sekolah. Nampaknya Romo Casutt lebih memilih waktu itu supaya tidak
mengganggu waktu kerja warga Kolese Mikael.
2. Keterlibatan seluruh warga Kolese Mikael. Sebetulnya waktu beliau meninggal
kampus Mikael cukup sepi, sebab memang masih hari libur. Hanya ada beberapa
karyawan yang masuk malam, dan sejumlah mahasiswa sering kumpul-kumpul di ruang
serbaguna. Namun begitu ada berita kematian itu, mendadak ruang serba guna
menjadi ajang gotong royong untuk menyambut jenasah Romo Casutt. Karyawan yang
sedang bekerja di bengkel segera meninggalkan ruang kerja dan langsung mengubah
ruang serba guna menjadi tempat persemayaman romo Casutt. Ada yang menyapu,
mengepel, mencari karpet, dsb. Sementara itu karyawan putri berdatangan,
mempersiapkan kopi, teh, snak dan segala macam konsumsi yang diperlukan. Para
instruktur dengan cepat memberitahu alumni dan rekan kerja dengan segala
jejaring sosial, Facebook, SMS, email, dsb. Para mahasiswa anggota koor segera
latihan koor untuk misa Requiem dari Sabtu sampai Senin siang. Seluruh warga
Kolese terlibat dan ingin memberikan yang terbaik kepada orang yang
dihormatinya.
3. Acara layatan seperti reuni. Umumnya layatan disertai oleh rasa sedih dan
duka. Namun layatan kemarin rasanya seperti reuni. Angkatan demi angkatan
berdatangan dari yang sudah pensiun sampai mereka yang masih sekolah aktif.
Para alumni yang berasal dari berbagi tempat jauh satu persatu berdoa dan
memberi hormat kepada Romo Casutt yang sudah berbaring di peti. Setelah doa
singkat, segera mereka mengobrol dengan teman angkatan. Mereka nampak senang
bisa ketemu dengan teman lama, yang setelah sekian tahun tidak berjumpa, kini
dipertemukan lagi bersama dengan mantan direkturnya. Ada alumni yang sengaja
naik motor dari Jawa Timur, hanya untuk melayat Romo Casutt dan bisa ketemu
teman angkatannya.
Toko bunga di Solo habis diborong untuk Romo Casutt. Menurut informasi, sejak
Jumat malam sampai Minggu malam, toko bunga Solo kehabisan stok bunga. Dan
ternyata semuanya dipesan oleh pelanggan untuk Romo Casutt. Para pemesan
terpaksa harus antri satu persatu karena begitu banyaknya pesanan. Sampai
Minggu malam ada sekitar 170 bunga duka yang dikirim ke Kolese Mikael.
Bunga-bunga itu dijejer sepanjang jalan kampus, dan jalan Mojo. Sejumlah bunga
duka dikirim dari alumni per angkatan. Ada beberapa tukang becak yang sehari
itu terpaksa bolak-balik ke kampus sampai 4x, untuk mengantar bunga duka.
4. Peti jenasah diarak keliling bengkel. Hari Jumat pagi Romo Casutt sempat
keliling bengkel seperti biasanya. Nampaknya itu adalah visitasi beliau sebelum
menghadap BapaNya. Saat pemberangkatan peti jenasah ke Girisonta, para karyawan
sangat ingin bahwa romo Casutt mengelingi bengkel sebelum dimasukkan ke mobil
ambulan. Dan terjadilah. Setelah upacara brobosan, para instruktur secara
bergiliran menggotong peti dan mengarak peti keliling bengkel, Guest House.
Itulah Romo Casutt mengelilingi bengkel ATMI untuk yang terakhir kalinya.
Homili dan sambutan diakhiri dengan tepuk tangan meriah. Baik homili maupun
sambutan mengungkapkan apresiasi Romo Casutt yang dengan penuh dedikasi dan
cinta kepada karyawan dan mahasiswa. Tiap kali alumni memberikan sambutan,
tepuk tangan meriah menghiasi ruangan. Apalagi ada satu alumni yang saat ini
bekerja sebagai staf direksi di satu perusahaan, bercerita saat menjadi
mahasiswa. Ia bercerita dengan bangga, bagaimana mengambail buah di kebun Guest
House, dan terus diganjar kompensasi 60 jam oleh Romo Casutt. Sharingnya itu
tentu langsung disambut dengan tawa lebar dan tepuk tangan meriah.
5. Keterlibatan Pemerintah Kota Surakarta. Hari Sabtu malam ada rapat panitya
untuk mempersiapkan acara Minggu dan misa requiem di Girisonta hari Senin.
Rapat dihadiri oleh karyawan dan sejumlah alumni yang sudah datang melayat
sejak Jumat malam. Peserta rapat sekitar 25 orang. Di tengah-tengah rapat datanglah
Bapak FX Hadi Rudyatmo, wakil walikota Solo. Tentu saja ini tidak terduga. Saat
pemimpin rapat membuat daftar kegiatan acara, beliaunya langsung menyediakan
diri untuk membantu secara total. Bantuan akan diberikan mulai dari memberi
sambutan resmi atas nama Pemerintah Kota Surakarta, memimpin acara brobosan,
menyediakan Polisi DLLAJ sebagai voreijder, bis, dan truk pengangkut bunga. Dan
terjadilah demikian. Saat mengantar peti jenasah ke Girisonta pada hari Minggu
siang, jarak Solo Girisonta yang masih penuh dengan kendaraan mudik bisa
ditempuh hanya dalam waktu 1,5 jam. Demikian juga saat layatan hari Senin 27
Agustus. 8 bus dan sejumlah mobil berangkat ke Girisonta dikawal oleh mobil
polisi. Perjalanan pun lancar dan bebas hambatan.
6. Alat penurun peti jenasah yang baru. Untuk memudahkan penurunan peti jenasah
ke liang lahat, komunitas Girisonta memesan satu mesin yang fungsinya untuk
itu. Mesin ini masih baru dan belum pernah dipakai. Para karyawan Girisonta
sempat agak panik kalau penggunaan mesin itu tidak lancar. Sebab pemakainya
yang pertama adalah si Empu mesin. Para instruktur ATMI pun dibuat cemas untuk
hal yang sama, jangan-jangan mesin tidak berfungsi normal saat dipakai untuk
menurunkan peti jenasah Romo Casutt. Akhirnya tim ATMI dikirim ke Girisonta
untuk latihan. Hasilnya, mesin berfungsi sangat baik. Upacara menurunkan peti
jenasah hanya membutuhkan waktu 1,5 menit. Kayaknya Romo Casutt sendirilah yang
harus mengecek kualitas alat penurun peti jenasah ini.
7. Tabur bunga digilir per unit kerja. Saat pemakaman, tidak ada keluarga dari
Rm Casutt yang hadir. Tetapi semua orang yakin bahwa dia adalah milik keluarga
Kolese Mikael. Apalagi dia sudah minta aplikasi menjadi WNI sejak 1962.
Beliaunya tinggal di Indonesia lebih lama daripada semua warga Kolese Mikael
saat ini. Oleh karena itu saat tabur bunga di makam, semua unit kerja diberi
kesempatan untuk menaburkan bunga. Unit kerja itu meliputi ATMI Solo, SMK
Mikael, ATMI Cikarang, Bizdec dan Solo Techno Park.
8. Acara Cleaning di Girisonta. Adalah kebiasaan di Kolese Mikael untuk
bersih-bersih sebelum pulang. Kebiasaan inipun berlaku saat di Girisonta.
Setelah makan siang, sejumlah karyawan, mahasiswa dan siswa langsung ikut
bersih-bersih. Para karyawan putri ikut mencuci piring di ruang cuci piring.
Para karyawan putra, mahasiswa dan siswa ikut bersih-bersih di ruang makan, dan
halaman kebun. Sejumlah plastik besar dan kotak sampah sudah disiapkan. Maklum
saja, jumlah makanan yang dipesan saat hari pemakaman 1200 porsi. Dan ternyata
jumlah ini masih kurang. Romo minister Girisonta pun terpaksa tambah pesanan
lagi. Itu berarti jumlah pelayat memang cukup banyak. Untunglah kegiatan
bersih-bersih ini bisa mengurangi sampah yang berserakan oleh banyaknya
pelayat.
9. Kelompok koor Vitalis. Kelompok koor ini terdiri dari para mahasiswa dan
dipimpin oleh alumni yang saat ini menjadi karyawan. Kelompok ini bertugas saat
misa baik di Kampus Mikael, maupun di Girisonta. Mereka masih bertugas lagi
saat tuguran dan upacara pemakaman. Lagu-lagu yang dipilih tentu berbeda dengan
lagu-lagu yang terdapat di buku misa requiem Girisonta. Ada lagu yang sengaja
dipilih untuk menghormati romo Casutt. Lagu itu aslinya berbahasa Jerman
"Lasst mich gehen, dass ich Jesum muge sehen", tetapi ada
terjemahannya dalam bahasa Indonesia "Aku rindu akan Tuhan". Mereka
masih akan bertugas saat peringatan 7, 40, 100, sampai ke 1000 hari.
Keterlibatan mereka membuat suasana misa menjadi lebih agung, khusuk dan tentu
saja liturgis.
10. Terbentuknya Casutt's foundation. Saat rapat persiapan, panitya memutuskan
untuk menyediakan kotak sumbangan. Namun saat kotak itu mau ditempatkan,
sejumlah alumni menentangnya. Atas dasar itu, kotak yang sudah dipinjam dari RT
batal diletakkan di pintu masuk. Pada misa Minggu siang, kelompok alumni yang
lain memprotes, koq tidak ada kotak sumbangan. Ini bertentangan dengan adat
jawa. Apalagi sejumlah alumni memang sudah membawa amplop. Setelah runding
sana-sini, akhirnya kotak kolekte dipasang lagi. Namun fungsi kotak sumbangan
itu berubah. Semula fungsi kotak sumbangan itu dimaksudkan untuk pemakaman.
Kini sumbangan akan dipakai untuk beasiswa bagi siswa atau mahasiswa Kolese
Mikael yang miskin. Bahkan sumbangan itu akan berkelanjutan. Untuk mewadahi
tujuan ini, disepakati untuk dibentuk Casutt's foundation.
Demikian cerita dari Solo.
====================
T. Agus Sriyono, SJ
SMK/ATMI Kolese Mikael
SOLO