Dear all.....
Kalau ada tamatan ATMI yang lebih tua dari saya mestinya dari angkatan I, hanya beberapa orang saja. Mereka adalah Ign Widodo 68, Maryanto 64, Sudiro 64, Teguh Santoso 63, Marcus 63, Sumartono 63, Darwito alm 63, Sumantri 63, Suparno 63, Hadiwijaya 62, Sardjono 61 dan Gie Tiong 61. Dari tahun ke tahun pasti litani berusia diatas 60 akan semakin banyak dan satu persatu akan kembali ke Bapa entah diatas atau dibawah 60 tahun. Dari angkatan satu berambat ke angkatan 2, 3, 4 dan seterusnya.
Bagi saya, saya mau mengerti dan menghargai para orang muda yang dengan segala kekurangannya menyiapkan acara 40 tahun ATMI. Mereka pasti tidak berpangalaman seperti kita, dan kita yang berpegalaman saja belum tentu bisa berbuat lebih baik. Maka dalam rangka 40 tahun ATMI mari kita sumbangkan pikiran. Kalau saya berpendapat mengapa mereka melakukan sebuah acara ini dalam rangka 40 tahun, mestinya saya mencari tahu mengapa.....
Saya bicara lama dengan Sri Martono, Yulianto dan Heru di Hotel Ciputra
Setelah usiaku melewati 60 tahun baru saya semakin yakin akan kebenaran penyakit 7B yang muncul ketika usia 55 tahun. Sayangnya, kendati penyakit itu menular dan menggerogoti fisik dan mental sang manula, tetapi banyak dari kami tidak menyadari. Jalan terus di jalan yang salah. Maka jangan heran banyak orang muda heran dan tidak bisa mengerti kelakuan para manula, seperti saya ini.
B pertama adalah Botak. Jangan tertawa dulu, atau kalau mau tertawa, tertawalah dulu sampai terbahak bahak. Saya juga sekarang tertawa, untung sendiran, kalau tidak bisa dianggal gila, wong tertawa sendirian, ini juga penyakit manula lho, tertawa sendiri. Ha ha ha. Botak itu ada dua, pertama fisik dan kedua menta. Kalau fisik apa boleh buat, entah itu hadiah keturunan entak belajar terlalu banyak untuk menjadi profesor, karena itu sudah alamiah. Nah yang repot yang secara mental kita botak. Botak jenis ini biasanya diakibatkan oleh stress, maka kalau sudah manula jangan cari stress.
B kedua Budheg. Budheg dalam bahasa jawa artinya agak tuli, tetapi juga bisa berkelakuan tuli. Sering kali saya memiringkan telapak tanganku mendekatkan pada daun telingaku. Maksudnya agar bisa mendengar dengan baik, apakah dengan menggunakan selembar kertas besar akan memperbaiki pendengaranku, mestinya tidak. Karena usia pendengaranku mulai menurun secara fisik. Sayangnya para manula di usia tua dihinggapi penyakit mental B kedua. Kami cenderung bicara terlalu banyak, karena sudah tuli dan tidak bisa mendengarkan dengan baik secara mental. Kami bicara lebih banyak daripada mendengarkan, sehingga membuat anak cucu bosan dan menghindar bicara dengan kami, mereka menghindar karena sejak mereka lahir hingga sekarang kami hanya mengulang ulang kata dan ceriteranya........... jelei banget si mbah, katanya. Kami sepertinya sudah berubah. Telinga tinggal satu dan mulut bertambah menjadi dua, bicara terlalu banyak.....
B ketiga adalah Blawur. Artinya penglihatan kami semakin tidak jelas. Seperti saya saat ini, memakai 3 kaca mata plus. Plus 1 untuk nonton TV, plus dua untuk melihat ke komputer dan plus 3 untuk membaca. Secara fisik mau apalagi, usia berjalan lurus, banyak onderdil di tubuh mulai kedaluwarsa. Tetapi skill kami tinggi, terlatih selama puluhan tahun maka kami dengan mudah memasukan benang ke lubang jarum. Yang repot kami tidak mengajari bahwa kami sudah manula. Mata kami blawur dan suka memandang dan menggoda yang muda muda. Coba ke kaca dan perhatikan kondisi fisik kita. Maka jangan heran orang muda mengatakan, "tidak tahu diri"
B keempat adalah Bodoh. Nyata sekarang, soal ilmu pengetahuan kami tertinggal oleh kaum muda yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Coba bicara soal internet, brossing, ruang angkasa dan sebagainya, kami tidak banyak tahu lagi, tangan dan otak kami sepertinya tidak gatuk/mix sama komputer. Sayangnya secara mental kami tidak menyadari kebodohan itu, sehingga suka mengatakan, membanggakan masa lalu kami dengan mengatakan "dulu saya atau kalau tidak ada saya" Coba perhatikan ketika kami makan, ada sisa nasi yang menempel di sekitar mulut, itu saja kami juga tidak menyadari dan tidak bisa mengontronya, sepertinya kami kehilangan kontrol diri....
B ke
B ke enam adalah Beseran. Bagi saya ini sudah ketentuan dari Allah. Kita tidak bisa memilih. Apakah dalam keadaaan seperti ini kita masih mampu bersyukur dan berterima kasih? Saya belum bisa meramal tentang diriku.......yang bisa kulakukan adaah setiap hari berdoa dan membaca Injil, kitab suciku.
B ke tujuh Bablas......... Setelah melewati B ke enam manusia cenderung pasrah, tidak berdaya kemungkinan terjadi kemunduran kesadaran dan emosi.... lalu kita semua menjawab .......AMIN.........Bablas dalam bahasa jawa artinya sudah lewat, selesai juga bisa tamat....lengkapnya bisa dibaca di www.tarcisius.multiply.com
Banyak dari kita memanen apa yang kita tanam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar