Pak Martin,
Dibawah ini kami coba merangkum hasil dari rekoleksi AAYI ( Asosiasi Alumni Yesuit Indonesia), yang bertema : “ Menemukan kembali panggilan di tengah situasi kehidupan masyarakat kontemporer “ oleh Romo Franz Magnis Suseno SJ, berikut foto in action dari beberapa alumni ATMI.
Dari alumni ATMI yang ikut ada 19 orang dari Cikarang dan Solo, diawali dengan sambutan Ketua AAYI ( Bp. Hans Wisenda /Kanisius) pada ulang tahun AAYI yang pertama ini salah satu kegiatan dari AAYI dalam rangka ultah yang pertama.
Romo Magnis mengupas hal-hal yang essential mengenai hidup sebagai seorang Katolik yang mengalami pendidikan di Kolese Yesuit.
Ringkasannya sbb ;
Romo Magnis mengawali dengan hidup sebagai individu ada 2 hal yaitu :
Hidup sebagai individu harus mempunya nilai lebih ( > zero sump), karena sebagai alumni Yesuit bila hidup kita tidak mempunyai nilai lebih untuk sesama maka kehidupan kita menjadi tidak berarti atau tidak berguna di masyarakat à MAN FOR OTHERS
Kita hidup bukan untuk kita sendiri, melainkan menjadi bermanfaat untuk keluarga, masyarakat dan bangsa
Sedangkan apakah Tantangannya ?
Ada 2 tantangan yaitu :
DALAM ( DIRI SENDIRI)
LUAR ( KEADAAN DILUAR KITA)
Diabad 21 ini ada 3 tantangan dari dalam atau diri kita sendiri :
HIDUP KONSUMERISTIK
Sistim ekonomi dunia menjadikan manusia menjadi konsumtif terus menerus atau bisa disebut : KOMPULSIF KONSUMTIF
Manusia menjadi budak ekonomi à Shopping adalah rekreasi , membeli barang karena rasa ingin bukan kebutuhan semata atau malahan bukan kebutuhan yang sudah direncanakan
PENAMBAHAN KEKAYAAN
Fokus penambahan kekayaan karena proteksi supaya tidak jatuh kembali ke kehidupan semula
Menarik disimak adalah golongan survival ( 100 juta orang) dengan income $2/hari/kepala dan 100 juta lainnya dalam taraf maju atau sebagian kaya, sisanya adalah dari kalangan marjinal $ 1/hari/kepala yang hidup hari ini tidak tahu harus makan apa ?
Contoh : anggota DPR banyak dari kalangan survival tiba2 menjadi ORANG sehingga fokus hidupnya adalah penambahan kekayaan, karena untuk menjadi anggota Dewan diperlukan perjuangan dan biaya yang tidak sedikit, sehingga banyak hutang yang harus dilunasi ?
KORUPSI
Korupsi sangat dikuatirkan karena intensitas penolakan sangat rendah alias KORUPSI ini menjadi binatang langka yang mesti dilestarikan
TANTANGAN DARI LUAR :
Demokrasi Indonesia yang dinilai berhasil ( terbukti dengan pemilu, pilkada yang berhasil tanpa adanya huru hara atau kerusuhan)à namun demokrasi kita ini sangat rapuh
Pluralisme ( Toleransi, Kebebasan beragama) à Agama non diskriminatif
Keadilan sosial à pada dasarnya kalau kaum survival ( $ 2/hari/kepala) ini diperlakukan dengan adil , maka huru hara atau kerusuhan tidak akan terjadi, namun keadilan tidak terwujud karena fokusnya penambahan kekayaan diatas, ironi : Negara yang alamnya sangat kaya tapi masyarakatnya miskin
Pengaruh Destruktif KORUPSI à mental korup yang merusak sendi-sendi kehidupan kita sebagai individu
SOLUSI MENJAWAB TANTANGAN TSB ?
SIKAP PRIBADI :
Meyakini bahwa kita hidup harus punya NILAI LEBIH sebagai individu bagi sesama
Menata pola KONSUMSI untuk diri dan keluarga à BIAYAI YANG DIRENCANAKAN
Tekad Pribadi : AKU TIDAK AKAN IKUT KORUPSI
Gereja harus punyai nilai lebih bagi masyarakat
JUJUR, BERSEDIA BERKORBAN , SOLIDARITAS BANGSA
Membangun komunikasi terus menerus dengan mayoritas
Ada info yang kurang menggembirakan :
DUNIA AKAN MENGALAMI KEKURANGAN STOCK PANGAN ( dalam kurun waktu singkat à 6 bulan kedepan) à What is happening in Indonesia ?
HARGA MINYAK/BENSIN akan naik 100- 300 % dalam kurun waktu 1 th karena keterlambatan pemerintah menyikapi kenaikan minyak dunia
AJAKAN ROMO MAGNIS kepada alumni YESUIT :
AKU MAU SUMBANGKAN APA BAGI SAUDARA, GEREJA, MASYARAKAT DAN BANGSA ?
Kata akhir :
“ Menarik dalam tempo 1,5 jam betul-betul Romo Magnis memberikan intisari dari suatu rekoleksi yang biasanya dilakukan selama 1 atau 2 hari, namun dikemas sedemikian rupa instant tapi tidak instant alias kita diajak berpikir, merefleksi kembali esensi kita hidup untuk apa ? Peduli kah kita akan sesama kita ? Berartikah kita sebagai individu di keluarga, teman, saudara, masyarakat dan bangsa, dan terakhir apakah yang akan kita sumbangkan sebagai alumni yang mengenyam pendidikan di kolese Yesuit ?” It’s better late than never ?